Atasi Krisis Air dengan Pengelolaan Lingkungan dan Gaya Hidup
Senin, 22 Maret 2021 | 21:00 WIB
JAKARTA, KabarProperti.id – Indonesia saat ini mengalami krisis air. Kondisi itu tercermin tatkala banyak daerah yang kelebihan menerima air saat musim hujan sehingga terjadi banjir, akan tetapi kekurangan saat musim tidak hujan. Untuk mengatasinya, banyak cara yang bisa dilakukan. Antara lain dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan perubahan gaya hidup terhadap penggunaan air.
Hal itu terungkap dalam national webinar Valuing Water menyambut World Water Day 2021 yang digelar Indonesia Water Institute (IWI), Senin (22/3/2021). Pendiri IWI yang juga Staf khusus Menteri Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali mengatakan, “Ini merupakan tantangan yang tidak mudah bagi pemerintah sehingga tantangan ini tidak bisa dikesampingkan tanpa kerjasama dari seluruh pihak.”
Lebih lanjut Firdaus Ali mengatakan, di Indonesia, ada 270,2 juta penduduk yang harus diberi akses air bersih. Sejauh ini baru 21,8% air pipa yang telah dilayani. Dengan perolehan sebesar itu, pengadaan air bersih Indonesia masih kalah dibandingkan negara lain. Jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya seperti Malaysia, Filipina, Singapura, bahkan Vietnam sekalipun, stok ketersediaan air Indonesia masih jauh di bawah rata-rata.
Baca juga : Konsumsi Meningkat, Dibutuhkan Pembenahan Infrastruktur Atasi Krisis Air Bersih
Sebelum pandemi Covid-19, Indonesia dihadapkan pada persoalan stunting sehingga mendorong pemerintah untuk fokus menurunkan angka stunting. Di saat kebutuhan air belum terpenuhi, kemudian datang Pandemi Covid-19 yang juga mendorong pemerintah untuk bisa memenuhi kebutuhan air guna memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Sehingga kebutuhan air bersih menjadi meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Peningkatan kebutuhan air juga sebetulnya telah menambah spending sebesar 9%. Namun pada saat bersamaan, hal demikian menjadi ironi karena di saat kebutuhan masyarakat terhadap air meningkat, realitanya banyak masyarakat yang kehilangan sebagian pendapatan bahkan pekerjaan. Tentu sulit menerima kondisi ini. Dengan demikian, perlu kolaborasi karena tantangan tersebut menjadi tugas bersama di masa depan.
Dalam penyelesaian isu krisis air bersih, peran dari generasi muda sangatlah diperlukan. Karenanya, berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi terus dijalankan dengan melibatkan generasi muda. Khususnya generasi Z yang jumlahnya mencapai 27,94% dari 272 juta penduduk Indonesia untuk mulai membangun kesadaran bersama dalam menghadapi tantangan ini.
Baca juga : Kementerian PUPR Lakukan Sejumlah Upaya Dukung Ketahanan Air
“Saya yakin, Pandemi Covid-19 ini adalah resetting di abad 21 di mana semua negara diberi kesempatan untuk menentukan apakah mereka mampu melakukan lompatan atau tertingggal. Inilah tantangan dan kesempatan yang kita hadapi,” ucap Firdaus.
Kementerian PUPR juga dalam hal ini mendapat amanah dari pemerintah untuk memperkuat ketahanan air dan membangun ketahanan pangan sekaligus memastikan energi bauran akan lebih baik ke depan.
“Kita membangun infrastruktur dalam waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang sangat masif sekali dengan tidak lagi membangun infrastruktur yang single function. Tetapi kita membangun infrastruktur seperti bendungan dengan multifungsi. Tidak hanya menyediakan air baku, irigasi, dan budidaya perikanan serta peternakan, tetapi juga bagaimana mendapatkan energi baru terbarukan dengan menggunakan solar panel atau hal-hal lain. Sehingga kita punya kontribusi signifikan untuk mencapai target 23% energi bauran pada tahun 2024 mendatang,” kata Firdaus.
Baca juga : Peringati Puncak Hari Air Dunia 2021, Area Infrastruktur Dihijaukan
Sementara itu, Direktur Bina Teknik Sumber Daya Daya Air Kementerian PUPR, Eko Winar Irianto mengungkapkan, dalam upaya mengatasi krisis air selama pandemi Covid-19 dan mengantisipasi bencana yang kerap terjadi, pihaknya menargetkan untuk menyelesaikan pembangunan 13 bendungan.
Melalui penyelesaian pembangunan 13 bendungan tersebut, volume tampungan akan meningkat jadi 728,87 juta/m3, irigasi yang dilayani bisa bertambah menjadi 134.799 hektar, dan air baku akan meningkat menjadi 5,83 m3 per detik.“13 bendungan diharapkan selesai pada 2021, sehingga kapasitas tampung akan meningkat menjadi sekitar 730 juta/m3,” jelas Eko.
Adapun 13 bendungan yang ditargetkan selesai tahun ini yaitu, bendungan Kuningan, Ciawi, Sukamahi, Pidekso, Bendo, Gongseng dan Tugu yang ada di Pulau Jawa. Lalu bendungan Margatiga dan Way Sekampung di pulau Sumatera.
Baca juga : Dalam Kurun Waktu 2015-2020, Kementerian PUPR Selesaikan 18 Bendungan Baru
Kemudian di pulau Sulawesi disebut ada tiga bendungan yang, diselesaikan yaitu bendungan Ladongi, Paselloreng, dan Karalloe. Kemudian di Nusa Tenggara Barat yaitu bendungan Bintang Bano.
Selain pembangunan bendungan, secara umum upaya yang dilakukan Kementerian PUPR untuk mengatasi krisis air antara lain membangun jaringan irigasi padi dan non padi, rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa, penyediaan air baku, revitalisasi 15 danau prioritas, penanganan situ-situ, pengendalian banjir, hingga membangun pengamanan pantai.