Flexible Office Makin Diminati, Inilah Alasannya
Kawasan TB Simatupang mendominasi 52% pasar flexible office di luar CBD.

JAKARTA, KabarProperti.id – Peminat flexible office yang terdiri atas private office, coworking space dan virtual office semakin meningkat. Pasalnya banyak keunggulan yang ditawarkan.
Perusahaan konsultan properti PT Leads Property Services Indonesia melaporkan, suplai flexible office di Jakarta tumbuh rata-rata 8,2% per tahun dalam lima tahun terakhir, dengan total luas pasar mencapai sekitar 146.000 m2 pada kuartal pertama 2025.
“Meskipun hanya menyumbang 1,3% dari total inventory kantor di Jakarta, flexible office menjadi segmen yang semakin diminati,” ujar Darsono Tan, Senior Director PT Leads Property Services Indonesia dalam acara Media Briefing yang digelar di The Executive Center, Jakarta Mori Tower, Kamis (19/6).
Tingkat okupansi flexible office rata-rata di Jakarta mencapai 79%, dengan wilayah di luar CBD dan Tangerang mencatat angka lebih tinggi, yaitu 81%.
“Ini mencerminkan pergeseran preferensi perusahaan ke lokasi suburban yang dekat dengan kawasan permukiman,” ujarnya.
Leads Property mencatat, harga sewa flexible office di CBD Jakarta rata-rata sebesar Rp3,1 juta per orang per bulan, dengan kawasan seperti SCBD, Senayan, dan Sudirman menjadi yang termahal karena akses transportasi umum dan konektivitas yang lebih baik.
BACA JUGA : Menyoroti Perjalanan Dua Dekade The Executive Centre di Indonesia
Sedangkan, harga di luar CBD lebih terjangkau, yakni Rp2,4 juta per orang per bulan, atau 30% lebih rendah daripada CBD.
Darsono Tan menambahkan, saat ini kawasan TB Simatupang mendominasi 52% pasar flexible office di luar CBD, dengan operator seperti IWG, Marquee, dan Servio menjadi pemain utama.
“Tren flexible office saat ini tumbuh secara signifikan sebagai respons terhadap tren kerja hybrid dan permintaan efisiensi biaya dari perusahaan,” ujar Darsono.
Flexible office menjadi solusi ideal bagi perusahaan multinasional, startup, dan UMKM karena menawarkan fleksibilitas sewa, fasilitas siap pakai, dan efisiensi biaya.
“Kombinasi lokasi strategis, harga kompetitif, dan kebutuhan hybrid work model terus mendorong permintaan,” kata Darsono.
Dengan tren ini, flex office diperkirakan akan semakin menjadi pilihan utama bagi bisnis di Jakarta, terutama di tengah transformasi pola kerja pascapandemi.
IWG tercatat sebagai operator paling agresif dengan membuka 24 pusat flexible office baru di Indonesia dalam empat tahun terakhir, 18 di antaranya berada di Jakarta CBD.
Sementara, The Executive Centre (TEC) memperluas jaringan dengan dua lokasi baru setelah satu dekade mempertahankan operasi yang ada.

Area seperti Jakarta Pusat, Barat, dan Utara juga menunjukkan potensi pertumbuhan dengan tingkat okupansi di atas 85%, meskipun suplai masih terbatas.
“Ini menjadi peluang bagi operator untuk berekspansi ke wilayah-wilayah yang belum tergarap maksimal,” kata Darsono seraya mengatakan flexible office bisa berada di ruko atau rukan.




