Ragam/Tips

Buku Palagan Cirebon, Mengenang Kisah Heroik Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon di Perang Kemerdekaan

Jum'at, 24 Juni 2022 | 05:00 WIB

JAKARTA, KabarProperti.id – Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tidak lepas dari perjuangan rakyat melawan penjajah. Salah satu cara untuk mengetahui kisah perjuangan mereka adalah dengan membaca buku sejarah. Seperti buku sejarah Palagan Cirebon yang baru saja diluncurkan Majalah Asrinesia di Gedung Joang 45,Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022). Terdiri dari 284 halaman, buku sejarah ini ditulis oleh Sri Pasifik dan Sri Murdiningsih.

Sri Pasifik mengatakan bahwa peluncuran buku ini mengingatkan kita pada perjuangan para tentara pelajar Yon 400 Cirebon, yang tak bisa dipisahkan dari perjuangan Bangsa Indonesia. Tentara Pelajar yang dimaksud adalah para pejuang muda berusia 15-20 tahun sebagai ujung tombak perjuangan Indonesia saat itu.

Buku Palagan Cirebon Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon

“Buku ini diberi nama Palangan Cirebon karena sesuai dengan aslinya para Tentara Pelajar itu dari Batalyon Siliwangi,” kata Sri Pasifik di sela-sela peluncuran buku.

Menurutnya, perjuangan Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Tentara Yon 400 Cirebon sendiri adalah organisasi elit dan resmi yang didirikan pada 24 Maret 1947.

BACA JUGA : Menjaga Pusaka Nusantara di Kota Tua, Seperti Apa?

Sri Pasifik menambahkan, beberapa Tentara Pelajar yang disajikan dalam buku Palangan Cirebon, antara lain Yogi S Memet, Sutardi Sukarya dan Saleh Basarah.

Buku Palagan Cirebon Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon

Salah satu anak Tentara Pelajar, Sutardi Sukarya, Baskara Harimurti mengungkapkan keharuannya saat almarhum ayahnya diceritakan kisah perjuangannya di buku Palangan Cirebon’ ini.

“Terima kasih kepada Ibu Sri Pasifik dan Ibu Sri Murdiningsih yang telah dengan apik dan teliti menyajikan perjuangan para Tentara Pelajar saat itu, termasuk ayah saya: Sutardi Sukarya,” ujar Baskara.

Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah menjaga kemerdekaan karena kemerdekaan bukan sesuatu yang mudah didapat. “Tugas kita adalah bagaimana menjaga dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini sesuai dengan apa yang tertera di UUD 45 dan Pancasila” ujarnya.

Sri Pasifik juga berharap dengan diluncurkannya buku perjuangan Palangan Cirebon menjadi pilihan masyarakat Indonesia terutama kawula muda untuk terus berjuang demi kemajuan dan kejayaan Indonesia. “Perjuangan dan kejayaan suatu negara terletak di tangan atau cita-cita para pemuda,” kata Sri Pasifik.

Buku Palagan Cirebon Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon

BACA JUGA : Penataan Kawasan Agrowisata Tamansuruh di Jawa Timur Padukan Nuansa Budaya dan Teknologi

Peluncuran buku Palagan Cirebon merupakan bagian kisah perjuangan ex Tentara Pelajar (TP) Yon 400 Cirebon pada masa perang kemerdekaan 1945-1949. Kisah yang diangkat dari catatan harian para pelaku sejarah.

Menurut ahli sejarah India, Singh Jadav, TP Jawa Barat, TP Jawa Tengah dan TRIP Jawa Timur merupakan pasukan elit yang terdiri dari anak-anak pelajar. Tidak berada dalam saku milisi, tetapi mereka memiliki komandan batalyon sendiri, persenjataan sendirl. Mereka bertempur sama beraninya dengan Brigade XVII Siliwangi. Tentara Pelajar merupakan satu-satunya yang ada di dunia, menurut penelitian ahli sejarah UGM, Sigh Jadav.

Pada tahun 1950, TP, TRIP dan CPS didemobillsasikan berdasarkan ketemuan dari Dephankam dengan Surat No. 193/M.P/50 tanggal 9 Mel 1950. Mereka difasilitasi negara untuk bersekolah kemball, balk di dalam negeri maupun luar negerl. Yang ingin melanjutkan dinas militer difasilltasl oleh Kementerian Pertahanan, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi difasilitasi oleh Kemendikbud.

Buku Palagan Cirebon Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon

BACA JUGA : Inilah Biografi Penemu Teknik Sosrobahu, Tjokorda Raka Sukawati

Palagan Cirebon Synopsis

Cirebon diserang Tentara Belanda tanggal 22 Juli 1947 dari darat, laut dan udara. Kondisi persenjataan TNI tak memadai, sedangkan Tentara Pelajar sebagian sedang mengawal perbekalan ke pedalaman. Bupati Cirebon Makmoen Sumadipradja tak bersedia bekerja sama dengan Belanda dan mendirikan pemerintahan darurat sipil di desa Sukasari. Sedangkan pemerintahan darurat militer berada di Sagarahiang di bawah komando Umar Wirahadikusumah.

Cirebon seutuhnya tidak jatuh ke tangan Belanda. Gagalnya perjanjian Renville membuat Siliwangi harus Hijrah ke ibukota negara di Yogyakarta. Kemudian saat pemboman pangkalan udara Maguwo, Brigade XVII Sillwangi  diperintahkan oleh Lekjen Sarhini untuk kembali ke Jawa Barat untuk mempertahankan Jawa Barat yang dikenal dengan nama Long March. Hijrah dan Long March Siliwangi sangat dikenal pada masanya.

Buku Palagan Cirebon Tentara Pelajar Yon 400 Cirebon

Tokoh-tokoh TP di balik perjuangan di antaranya Saleh Basarah, Sutadi Sukarva, Yogie S Mamet, Mochtar Kusumaatmadja, Hamid Attamimi, Salamun AT, dan masih banyak lagi, semuanya termuat di dalam kisah Palagan Cirebon. Demikian kisah ini bagaikan tak pernah dikenal oleh masyarakat.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button