Pengembangan Mixed-use & High Rise Berikan Kontribusi Pendapatan Terbesar Intiland Development
Minggu, 17 November 2019 | 09:14 WIB
JAKARTA, KabarProperti.id – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) melaporkan pencapaian hasil kinerja keuangan per 30 September 2019. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha Rp1,9 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 23,4 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp2,4 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menjelaskan bahwa penurunan kinerja usaha perseroan tak lepas dari adanya perubahan kondisi pasar properti saat ini. Pertumbuhan yang terjadi tahun ini lebih didorong oleh penjualan maupun peluncuran proyek-proyek residensial baru yang menyasar pada segmen pasar menengah ke bawah.
Kondisi ini berdampak pada kinerja usaha Perseroan yang sebagian besar portofolio produk dan inventori yang dimiliki di segmen pengembangan mixed-use & high rise dan perumahan yang menyasar pasar menengah ke atas. “Kami di tahun ini tidak banyak meluncurkan proyek baru. Beberapa proyek baru yang kami luncurkan, hampir seluruhnya adalah produk residensial yang menyasar segmen pasar menengah ke atas,” ungkap Archied lebih lanjut.
Archied menjelaskan bahwa selama ini pendapatan usaha Intiland ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain dari pengembangan mixed-use dan high rise, perumahan, kawasan industri yang merupakan sumber pendapatan dari pengembangan (development income), perseroan juga memperoleh pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang bersumber dari investasi properti seperti penyewaan ruang perkantoran, manajemen properti, dan pengelolaan sarana olah raga.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi pendapatan usaha paling besar mencapai Rp858 miliar, atau 46,3 persen dari keseluruhan. Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp472,2 miliar atau 25,5 persen dari keseluruhan. Segmen pengembangan kawasan industri memberikan kontribusi sebesar Rp62,4 miliar, atau 3,4 persen.
Sementara segmen properti investasi yang merupakan sumber recurring income tercatat membukukan Rp461,7 miliar, atau 24,9 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini mengalami peningkatan 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Kami terus berupaya meningkatkan kontribusi recurring income sehingga membuat struktur pendapatan usaha perusahaan menjadi lebih ideal. Peningkatan kontribusi dari penyewaan ruang perkantoran dan ritel menjadi prioritas untuk memperbesar pendapatan usaha yang bersumber dari recurring income,” ungkap Archied lebih.
Berdasarkan sumber pendapatannya, kontribusi development income tercatat mencapai Rp1,39 triliun atau 75,1 persen dari keseluruhan. Sisanya sebesar Rp461,7 miliar atau 24,9 persen dari keseluruhan berasal dari recurring income. Dari sisi kinerja profitabilitas, perseroan tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp645,8 miliar, atau menurun 10.1 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun lalu.
Sementara laba usaha perseroan turut mengalami penurunan sebesar 12,9 persen menjadi Rp242,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp278,9 miliar. Penurunan pendapatan usaha ditambah dengan adanya peningkatan beban bunga mengakibatkan laba bersih perseroan melemah. Hingga akhir triwulan ketiga tahun ini, perseroan membukukan laba bersih Rp6,5 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai Rp122,9 miliar.
Menghadapi kondisi tersebut, manajemen Intiland akan terus berupaya untuk mengejar dan meningkatkan kinerja usaha hingga akhir tahun ini. Penjualan produk-produk inventori yang sudah jadi menjadi fokus dan prioritas utama perseroan untuk meningkatkan pendapatan usaha. “Kami punya inventori produk di beberapa proyek yang sudah jadi, seperti apartemen 1Park Avenue, Praxis, Aeropolis, dan di proyek perumahan. Penjualan dari produk-produk inventori ini bisa langsung diakui dan dibukukan sebagai pendapatan usaha,” ungkap Archied.
Di tengah perubahan kondisi pasar, selama sembilan bulan pertama tahun ini kinerja penjualan perseroan belum berhasil mencapai target yang ditentukan. Perseroan mencatatkan perolehan pendapatan penjualan (marketing sales) Rp862 miliar, atau baru mencapai 34,5 persen dari target tahun ini sebesar Rp2,5 triliun.
Archied menjelaskan penjualan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise memberikan kontribusi marketing sales sebesar Rp574 miliar. Kontribusi dari segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat sebesar Rp288 miliar. Sementara segmen pengembangan kawasan industri, tercatat belum membukukan penjualan hingga akhir triwulan ketiga tahun ini. Ditinjau berdasarkan lokasi pengembangannya, penjualan dari proyek-proyek yang berada di Jakarta dan sekitarnya memberikan sumbangsih marketing sales sebesar Rp726 miliar.
Sementara penjualan dari proyek-proyek perseroan di Surabaya dan sekitarnya tercatat mencapai Rp136 miliar. “Faktor yang menyebabkan kami belum mencapai target marketing sales, karena penjualan di produk- produk high rise untuk pasar menengah-atas masih cukup berat, serta tahun ini lebih konservatif dalam meluncurkan proyek baru tahun ini,” ungkap Archied.
Sampai akhir triwulan tahun ini, Perseroan baru meluncurkan tiga pengembangan residensial baru. Ketiga pengembangan tersebut adalah apartemen SQ Res, Pinang Townhouse, dan klaster baru Zenith di kawasan perumahan Serenia Hills yang berlokasi di Jakarta. Manajemen Perseroan berkomitmen untuk terus berusaha meningkatkan penjualan untuk mengejar target marketing sales hingga akhir tahun ini.