JAKARTA, KabarProperti.id – Dalam tujuh bulan terakhir kondisi bisnis properti di tanah air cukup memprihatinkan. Pandemi Covid-19 yang masih belum usai membuat hampir semua sub sektor pada industri properti di tanah air, khususnya Jabodetabek tertekan.
“Hampir semua sub sektor merasakan tekanan akibat pandemi. Namun yang untuk sub sektor perhotelan, ritel dan perkantoran yang terdampak paling besar,” ungkap Anton Sitorus, Director Research Consultancy Savills Indonesia, dalam acara Media Briefing Savills Indonesia yang diselenggrakan secara daring, Kamis (17/9/2020) lalu.
Anton menjelaskan, khusus untuk perkantoran hingga saat ini kondisi bisnis perkantoran di Jakarta, baik di central business district (CBD) maupun area non-CBD, masih tertekan. “Sepanjang 2020 ini sampai sekarang penyerapan ruang kantor turun siginifikan yakni 58% dibanding tahun 2019,” imbuhnya.
Baca juga : Pemimpin Corporate Real Estate Asia Pasifik Optimis akan Pemulihan COVID-19
Sementara itu, data Savills Indonesia juga menyebutkan, tingkat kekosongan (vacancy rate) pada tahun ini untuk ruang perkantoran berada di bawah kisaran 25%. Selain dampak pandemi, penurunan tingkat kekosongan didorong oleh jumlah pasokan yang mulai terbatas dan meningkatnya permintaan ruang perkantoran dari ruang kerja bersama (co-working space).
“Perkantoran grade A pada CBD Jakarta merupakan yang terbanyak mengalami kekosongan. Kondisi ini lebih karena pasokan baru yang lebih banyak, karena sebelumnya pengembang berlomba membangun perkantoran grade A, dengan tujuan bisa menarik penyewa baru atau pun pun lama,” terang Anton.
Baca juga : Flexible Space dan Coworking Space Prospektif
Ke depan pun menurut Anton, pasokan perkantoran di CBD Jakarta masih banyak dari grade A. “Dari sisi lokasi, pasokan yang akan masuk pasar, terbanyak di kawasan Kuningan dan Sudirman. Persentasenya mencapai 75%,” ujarnya.
Seiring dengan itu, harga sewa ruang kantor Jakarta dan CBD diperkirakan akan masih mendapatkan tekanan hingga akhir tahun ini. Tapi dalam hal ini konsumen atau penyewa lebih diuntungkan dengan tekanan harga sewa ini. “Akan ada penawaran menarik, diskon-diskon dan sebagainya. Jadi kondisi ini bisa harusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk negosisasi oleh penyewa,” ujar Anton.