Ragam/Tips

Universitas Trisakti dan Kenari Djaja Gelar Seminar Nasional Online Kampung Pecinan, Kenyataan dan Angan-Angan

Kamis, 19 November 2020 | 21:00 WIB

JAKARTA, KabarProperti.id – Suasana Kampung Pecinan seperti yang sering kita lihat baik langsung maupun melaui film-film di televisi atau di bioskop mengingatkan pada masa lalu, ketika berkesempatan mengunjungi  kawasan yang sibuk, penuh orang dan padat kegiatan. Memang Kawasan Pecinan terasa sangat khusus diantara kampung lainnya yang ada di setiap kota di Indonesia dan di banyak negara.

Kegiatan perdagangan menjadi ciri utama berbaur dengan tradisi budaya Tionghoa yang khas, bila dilihat kenyataan dari bangunan hunian, bangunan pertokoan dan bangunan ibadah yang marak warnanya, diselingi keindahan kriya kerajinan ukir, kain cita, fashion sampai kulinernya memang yang memiliki daya tarik.

Keunikan Kampung Pecinan sebagai pusat kegiatan perdagangannya bisa menjadi generator ekonomi di kawasan sekitarnya. Harga-harga yang ditawarkan relatif murah tergantung dari kualitas barangnya, bisa dapat dari yang paling murah hingga termahal tergantung dari kejelian memilih, tapi sungguh mengasyikan. Pemerintah daerah pun memperhitungkan Kawasan Pecinan yang bisa hidup sepanjang masa dari sektor perdagangan dan pariwisata.

Johny FS Subrata
Johny FS Subrata : Kampung Pecinan mengalami degradasi sehingga dibutuhkan upaya revitalisasi

Baca juga : Lagi, Kenari Djaja Raih Dua Penghargaan MURI

Harapan tetap memiliki Kampung Pecinan yang lebih teratur, bersih dan tetap menjaga tradisi seni budaya khas Tionghoa, dibahas dalam seminar nasional arsitektur dan budaya yang diselenggarakan secara online oleh Pusat Studi Permukiman Kampung Kota (PSPKK) Universitas Trisakti, dan Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti yang bekerja sama dengan Kenari Djaja, perusahaan penyedia kunci dan kelengkapan pintu, Kamis (19/11/2020).

Melalui seminar bertajuk Kampung Pecinan  : Kenyataan dan Angan-Angan ini arah perkembangan kawasan komunitas Tionghoa dibahas mendalam, karena banyak potensi yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai elemen sejarah dalam merajut komunitas pemukiman dan perdagangan pecinan modern yang tetap menarik wisatawan.

Diikuti 524 peserta

Seminar yang diikuti 524 peserta dan Direktur Utama sekaligus Founder PT Kenari Djaja Prima Hendra Sjarifudin ini menghadirkan Direktur Rumah Khusus Kementerian PUPR Ir Johny FS Subrata sebagai keynote speech.

Baca juga : Bangun Indonesia Lebih Baik, Kenari Djaja Dukung Karya Arsitek Dan Desain Interior Indonesia

Narasumber lainnya adalah Prof. Dr-Ing. LMF Purwanto (Peneliti Kampung Pecinan – Universitas Soegijapranata, Semarang), Dr. Ir. FX. Eddy Arinto March (Peneliti Perumahan & Permukiman – Universitas Atmajaya Yogjakarta) dan Punto Wijayanto ST. MT (Peneliti Kawasan Kota Pusaka – Universitas Trisakti).

LMF Purwanto
LMF Purwanto : Kampung Pecinan di Jawa Tengah memiliki filosofi dan sejarah

Seminar ini diikuti para arsitek milenial, mahasiswa jurusan arsitektur, arsitek perkotaan, dan para pengembang properti serta masyarakat umum yang memegang peran dalam bisnis dan pariwisata di kawasan heritage perkotaan.

Ir Johny FS Subrata MA dalam paparannya mengatakan bahwa beberapa ciri bangunan khusus yang terdapat di Pecinan ini menjadi perhatian pemerintah. “Kampung Pecinan mengalami degradasi sehingga dibutuhkan upaya revitalisasi, tidak hanya arsitekturnya saja tetapi menjadi kawasan ekonomi. Kawasan Kota Tua Jakarta bisa menjadi contoh,” ujar Johny.

Baca juga : Menjadikan Arsitektur Sebagai Solusi Hadapi Pandemi untuk Ciptakan Konsep Baru Hunian di Kota

Pada seminar yang dipandu Dr. Ir. Dermawati DS, MTA (Ketua Pusat Studi Permukiman Kampung Kota/PSPKK – Universitas Trisakti) tersebut,  sejumlah pemikiran tentang potensi Kampung Pecinan seperti di Jawa Tengah meliputi filosofi dan sejarahnya dibahas oleh Prof. Dr-Ing. LMF Purwanto.

FX Eddy Arinto
FX Eddy Arinto : Kehidupan di Kampung Pecinan di Yogyakarta banyak menarik wisatawan

Kehidupan di kampung tersebut yang banyak menarik wisatawan diperkuat oleh hasil penelitian dari aspek pemukiman dan sosial budaya di kawasan pecinan di Yogyakarta, yang dilakukan oleh narasumber lainnya Dr.Ir. FX Eddy Arinto, Mars, yang melihat kebiasaan hidup dan desain hunian di komunitas ini.

Berbagai potensi di Kampung Pecinan memiliki benang merah sejarah dengan awal kedatangan bangsa Tiongkok disampaikan oleh Punto Wijayanto ST. MT, arsitek muda dari Universitas Trisakti yang melihat Kampung Pecinan adalah bagian dari kawasan kota Pusaka di Indonesia. “Kawasan di kampung urban ini memiliki peluang untuk lebih maju di masa depan, meski memiliki banyak potensi heritage,” ujar Punto Wijayanto.

Punto Wijayanto
Punto Wijayanto : Kampung Pecinan memiliki peluang untuk lebih maju di masa depan

Baca juga : Kemajuan Teknologi Era 4.0 Mendorong Arsitek Lebih Kreatif dan Inovatif dalam Design & Build

Ide Kreatif dan Inovatif

Direktur Kenari Djaja Hendry Sjarifudin, berharap dari seminar ini banyak ide kreatif dan inovatif dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah di kawasan perkotaan melalui pemikiran akademik dan teknologi industri modern.

“Sebagai penyelenggara, menikmati sekali pemikiran para arsitek untuk mengembangkan Kampung Pecinan menjadi kawasan yang lebih baik dan modern tanpa menghilangkan ciri khasnya sebagai kawasan perdagangan yang dibanggakan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia,” ujar Hendry.

Hendry Sjarifudin
Hendry Sjarifudin : Banyak ide kreatif dan inovatif dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah

Baca juga : Pandemi Covid-19 Arsitek “Ditantang” Hadirkan Ide Kreatif

Sementara itu Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, Dr.Ir. Etty R. Kridarso, MT, menyambut baik kolaborasi para arsitek dari beberapa universitas yang masing-masing memiliki keahlian tentang kawasan Pecinan diperkotaan ini. “Kita bisa mendapatkan banyak ide yang inovatif untuk membangun salah tujuan pariwisata urban yang unik dan tetap popular ini,” ujarnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button