Pasokan Rumah Tapak di Jabodetabek Terus Bertumbuh, Penjualan Masih Didukung PPN DTP
Perumahan dengan harga yang terjangkau dan memiliki akses mudah ke transportasi umum, seperti KRL di area penyangga Jakarta akan lebih diminati dibandingkan perumahan yang dekat dengan jalan tol.
JAKARTA, KabarProperti.id – Konsultan properti, Leads Property, mengungkapkan bahwa pasokan rumah tapak di Jabodetabek sepanjang kuartal 3 – 2024 masih tetap mengalami pertumbuhan, terutama di kawasan Tangerang dan Bekasi.
“Terdapat pasokan sebanyak 180 ribu unit,” ungkap Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property.
Berdasarkan daerah, terbanyak disumbang Tangerang yakni 46%, lalu Bekasi 25%, Bogor 19%, sementara Jakarta dan Depok masing-masing 5%.
Sementara untuk penjualan, berdasarkan daerah, Depok menempati urutan teratas yakni 95%, dikuti Bogor dan Bekasi masing-masing 94%, lalu Tangerang 93% dan terakhir Jakarta 84%.
Untuk harga jual rata-rata Rp2.6 miliar per unit. Berdasarkan daerah, Jakarta Rp5,7 miliar, Bogor Rp1,0 miliar, Bekasi Rp1,4 miliar, Depok Rp1,6 miliar, dan Tangerang Rp3,0 miliar. Harga jual di atas berdasarkan harga jual hard cash dan belum termasuk PPN.
“Rata-rata harga untuk area Jabodetabek mengalami peningkatan sebesar 3% dari kuartal sebelumnya,” ujar Martin Samuel Hutapea.
Lebih lanjut Martin Samuel Hutapea mengatakan, “Munculnya cluster baru dengan harga cukup kompetitif, menyebabkan penurunan rerata harga pasar untuk beberapa kawasan.”
Secara kuartalan, pasar rumah tapak mencatat adanya peluncuran 2,800 unit baru, serta jumlah penjualan yang tercatat sebesar 1,900 unit, di mana mayoritas masih berasal dari area Tangerang.
“Penjualan rumah masih didukung dengan adanya PPN DTP oleh pemerintah hingga Desember 2024,” kata Martin Samuel Hutapea.
Outlook
Menurut Leads Property, keterbatasan lahan untuk pengembangan perumahan di kawasan Jakarta mendorong tren pembangunan townhouse dengan luas lahan terbatas namun memiliki 3–4 lantai. Konsep ini menjadi salah satu alternatif yang diminati dalam pengembangan perumahan.
Dengan dukungan infrastruktur berupa jalan tol dan rencana pembangunan MRT di masa depan, kawasan Jakarta Utara-Timur mulai menarik minat investor, pengembang, dan pembeli sebagai alternatif kawasan Tangerang dan Tangerang Selatan.
Kawasan perumahan dengan harga yang terjangkau dan memiliki akses mudah ke transportasi umum, seperti KRL di area penyangga Jakarta akan lebih diminati dibandingkan perumahan yang dekat dengan jalan tol.
“Hal ini dikarenakan akses KRL yang dinilai lebih hemat biaya dan efektif dalam menghindari kemacetan,” kata Martin Samuel Hutapea.
Pengembangan rumah dengan harga terjangkau di luar Jakarta telah bergeser dari kawasan BSD dan Gading Serpong ke wilayah Cisauk, Cikupa, dan Tenjo. Dengan harga yang lebih rendah, pembeli dapat memperoleh rumah dengan ukuran lebih luas. Kawasan tersebut juga dengan mudah dijangkau melalui JORR 2 (Cikupa) dan transportasi umum berupa KRL (Cisauk & Tenjo).
BSD dan Gading Serpong kini tidak lagi menyasar pasar perumahan dengan harga terjangkau, melainkan lebih fokus pada segmen kelas menengah hingga menengah atas.
Pasar ini didominasi oleh generasi baby boomer yang mencari hunian nyaman dengan harga yang kompetitif dibandingkan kawasan Jakarta.
Pemilihan lokasi untuk pembelian rumah mewah juga mengalami pergeseran ke area tersebut dengan kisaran harga di atas Rp15 miliar per unit.
Kawasan township dengan tingkat penjualan yang tinggi umumnya didukung oleh kelengkapan fasilitas komersial dan infrastruktur yang memadai. Fasilitas seperti sekolah, sarana olahraga, pusat perbelanjaan, dan area ritel, serta infrastruktur pendukung seperti jalan yang baik dan penerangan jalan, menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh calon pembeli dalam memilih hunian.