Inilah Strategi Modernland Realty Hadapi Dinamika Pasar Properti
Jum'at, 22 November 2019 | 16.00 WIB
JAKARTA, KabarProperti.id – Pasar properti di Indonesia selama 3 tahun terakhir mengalami pasang surut yang cukup signifikan. Hal tersebut dipicu karena lesunya perekonomian dunia, dinamika kondisi politik, hingga bergesernya gaya hidup masyarakat.
“Tahun 2019 merupakan tahun politik dengan berlangsungnya Pemilihan Presiden dan Pemilu Legislatif, yang tentunya berdampak terhadap bisinis properti di tanah air. Faktor perang dagang Amerika Serikat – China juga ikut mempengaruhi kondisi makro sektor properti,” kata Freddy Chan, Wakil Direktur Utama PT Modernland Realty Tbk. (MDLN).
Pasca gelaran Pemilu 2019 bisnis properti di Indonesia masih belum mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun saat ini pasar properti di Indonesia mulai bergerak menuju tren yang lebih baik. Sejak semester pertama 2019, Property Index mencatat indeks harga properti di DKI Jakarta naik 2% (q-o-q). Kenaikan ini di atas rata-rata kenaikan per kuartal sepanjang 2018, sebesar 0,2%.
“Hasil tersebut menunjukkan adanya sinyal pemulihan pasar properti di Indonesia. Hal ini juga seiring dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17%. Membaiknya faktor ekonomi, diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan sektor properti pada paruh kedua tahun 2019 ini. Indikasi pemulihan terlihat dari persiapan munculnya berbagai proyek baru serta kucuran kredit perbankan yang mengalami peningkatan di pertengahan tahun 2019,” papar Freddy.
Freddy mengatakan, kinerja Perseroan sangat dipengaruhi oleh kenaikan tingkat bunga pinjaman perbankan terutama pada sektor konsumen. Kebijakan moneter uang ketat merupakan salah satu kebijakan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan yang dapat berdampak pada menurunnya daya beli konsumen melalui tingkat suku bunga yang tinggi.
Kenaikan tingkat bunga sektor konsumen tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada kinerja keuangan Perseroan. “Untuk mengelola resiko ini, manajemen Perseroan bekerjasama dengan beberapa bank ternama untuk penetapan suku bunga KPR yang menarik,” kata Freddy.
Freddy menambahkan, kegiatan usaha Perseroan di bidang properti menghadapi kompetisi baik dari pengembang properti internasional maupun lokal, baik dalam hal lokasi, konsep, fasilitas dan infrastruktur pendukung, pelayanan maupun harga.
Pengembangan properti komersial tersebut banyak dilakukan di kota-kota besar. Di Jakarta, pengembangan properti tidak hanya dilakukan di pusat kota saja, tapi sudah berkembang masif ke daerah-daerah pinggiran Jakarta seperti Bekasi, Bogor, Cibubur, Tangerang, Depok dan sebagainya.
Oleh karena bidang usaha real estat adalah bidang yang banyak dilakukan oleh pengembang lain, maka Perseroan menghadapi resiko persaingan pasar yang ketat yang dapat mengakibatkan menurunnya pendapatan Perseroan. “Untuk mengatasi resiko ini, Perseroan selalu berinovasi menciptakan produk – produk perumahan baru dengan harga yang bersaing agar konsumen senantiasa tertarik,” ujar Freddy.