Pasar Ritel Jakarta Diprediksi Makin Dinamis pada 2026, F&B Unik dan Retail Compound jadi Magnet Baru

JAKARTA, KabarProperti.id — Pasar ritel di Jakarta diperkirakan akan memasuki fase pertumbuhan baru pada 2026. Berdasarkan laporan terbaru Leads Property Indonesia, berbagai tren dan pergeseran strategi tenant diprediksi akan membentuk lanskap ritel ibu kota dalam dua tahun ke depan.

Associate Director Research & Consultancy Department Leads Property, Martin Samuel Hutapea, menjelaskan saat Media Briefing Q3 2025, Kamis (20/11) di Jakarta, bahwa efisiensi operasional, konsep ritel kreatif, serta peningkatan pengalaman pengunjung menjadi faktor utama yang mendorong perubahan tersebut.

F&B Unik Masih Jadi Magnet Utama

Menurut Martin, konsep food & beverages (F&B) yang menawarkan menu khas dengan gerai berukuran lebih kecil diperkirakan tetap menjadi primadona. “Model F&B yang lebih efisien dan fleksibel membuat banyak brand memilih berkembang di luar mall,” ujar Martin.

Tren ini ikut mendorong lahirnya lebih banyak lokasi ritel alternatif di luar pusat perbelanjaan besar.

BACA JUGA : Pasar Hotel Jakarta Kuartal III 2025 Stabil, Leads Property Prediksi Tren Baru di 2026

Retail Compound Makin Diminati

Laporan Leads Property mencatat bahwa konsep retail compound akan mendapat perhatian besar karena biaya konstruksinya lebih terjangkau dan efisien dalam operasional maupun pemeliharaan.

“Bagi pengembang, retail compound menawarkan struktur biaya yang lebih ringan dan return yang lebih menarik,” kata Martin.

Mall dengan Pengalaman Lebih Kaya Jadi Favorit Pengunjung

Pusat perbelanjaan kelas menengah-atas hingga premium yang menghadirkan experience-based retail diprediksi semakin diminati. Dibandingkan mall konvensional, pusat belanja dengan konsep modern dan experiential menawarkan daya tarik lebih kuat bagi generasi muda serta keluarga.

Brand Asal Tiongkok Masuk ke Berbagai Segmen

Leads Property juga menemukan semakin banyak jaringan ritel dari Tiongkok memasuki pasar Indonesia, meliputi segmen F&B, general merchandising, hingga ruko dan mall. Namun Martin menegaskan bahwa banyak brand asing ini masih dalam tahap test market, sehingga keberlanjutannya belum dapat dipastikan.

Mall di Kawasan CBD Harus Berbasis Mixed-Use untuk Bertahan

Mall di kawasan pusat bisnis (CBD) yang berhasil bertahan dan berkembang umumnya mendukung konsep mixed-use development. Artinya, mall tidak hanya mengandalkan pengunjung dari luar kawasan, tetapi sudah memiliki basis pengunjung tetap dari lingkungan sekitarnya.

BACA JUGA : Pasar Kondominium Jakarta Kuartal III Stabil, Leads Property Ungkap Outlook Cerah hingga 2026

Tenant Big Box Tidak Ekspansif, Fokus Pada Efisiensi

Tenant besar atau big box dengan kebutuhan ruang lebih dari 1.500 meter persegi diperkirakan tidak akan agresif dalam berekspansi. Mereka cenderung mengoptimalkan operasional dan mempertimbangkan efisiensi daripada penambahan area.

Lahan Idle Beralih Menjadi Sport Center dan Retail Sementara

Tren baru lain yang diprediksi menguat adalah pemanfaatan lahan kosong menjadi sport center multifungsi. Fasilitas seperti lapangan padel, pickleball, outdoor café, hingga area ritel diproyeksikan bermunculan, terutama dengan skema temporary retail.

Indikator Pasar 2026: Pasokan Stabil, Hunian Meningkat

Leads Property memaparkan indikator pasar ritel 2026 antara lain pasokan kumulatif stabil di angka 3,5 juta m², tingkat hunian diprediksi meningkat ke 91–92%, dan harga sewa stabil di kisaran Rp 470–475 ribu/m² per bulan.

Martin menjelaskan bahwa stabilnya harga sewa dan kenaikan tingkat hunian menunjukkan pasar yang semakin sehat dan selektif.

Dengan berbagai tren yang berkembang, pasar ritel Jakarta pada 2026 diproyeksikan lebih kompetitif, kreatif, dan berorientasi pada pengalaman pelanggan. Pengembang dan tenant diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen serta mengoptimalkan efisiensi agar tetap relevan.