Permintaan Ruang Perkantoran Diproyeksikan Membaik Kuartal Kedua 2021
Senin, 04 Januari 2021 | 08:00 WIB
JAKARTA, KabarProperti.id – Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia menilai, rencana pemerintah untuk program vaksinasi Covid-19 dan pertumbuhan ekonomi 5% di tahun 2021 berdampak positif bagi industri properti. Director Strategic Cushman & Wakefield, Arief Rahardjo mengatakan, untuk pertama kalinya setelah 21 tahun, pasar perkantoran CBD & Non-CBD Jakarta mengalami tingkat penyerapan negatif tahunan masing-masing 82.400 m2 dan 57.000 m2 pada tahun 2020.
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi semua sektor bisnis dan memicu beberapa perampingan, relokasi dan bahkan penutupan kantor di semua gedung-gedung perkantoran. Total sekitar 366.000 m2 ruang perkantoran baru telah memasuki pasar selama tahun 2020, yang mana jumlah ini lebih rendah dari yang pernah terjadi pada tahun sebelumnya.
Baca juga : Tren Flight to Quality Tetap Berlanjut di Perkantoran Premium Dunia
Tarif sewa pun semakin menurun sejalan dengan penurunan tingkat hunian pasar selama tahun 2020. “Dengan prospek pertumbuhan ekonomi positif sekitar 5% pada tahun 2021, permintaan ruang perkantoran diproyeksikan akan mulai kembali pada kuartal kedua 2021,” kata Arief Rahardjo.
Menurutnya, sebagian besar permintaan ruang kantor berasal dari pengaktifan kembali rencana relokasi ataupun ekspansi yang sebelumnya telah dipertimbangkan namun tertunda akibat dampak pandemi. “Permintaan baru akan ruang perkantoran diperkirakan akan tumbuh lebih kuat pada paruh kedua tahun 2021 seiring dengan aktivitas dan kinerja bisnis yang diharapkan membaik, terutama setelah dimulainya program distribusi vaksin Covid-19 oleh pemerintah,” ujarnya.
Baca juga : Tingkat Hunian dan Serapan Perkantoran Capai Rekor Terendah
Namun demikian harga sewa akan tetap di bawah tekanan karena tingkat kekosongan ruang yang akan terus naik pada tahun 2021 akibat dari selesainya beberapa proyek gedung perkantoran baru yang berukuran besar.
Managing Director of PT Cushman & Wakefield Indonesia Lini Djafar mengatakan, Covid-19 telah menentukan gambaran umum pasar properti pada tahun 2020. Pandemi tersebut tidak dapat disangkal telah berdampak negatif pada pasar properti di Jabodetabek. Awal yang baik sebenarnya terlihat pada 2 bulan pertama tahun 2020, namun dengan adanya pembatasan sosial skala besar (PSBB) selama beberapa bulan di Jakarta telah mempengaruhi permintaan properti di hampir semua pasar properti.
Baca juga : JLL : Transaksi Investasi Properti di Asia Pasifik akan Naik Hingga 20% pada 2021
Namun, beberapa asumsi yang dapat berdampak positif terhadap aktivitas pasar di tahun 2021, kata Lini Djafar adalah prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5% YoY. Program vaksinasi Covid-19 yang akan dimulai pada pertengahan tahun 2021 dan implementasi lebih lanjut pasca diberlakukannya Omnibus Law.
“Ketiga pendorong utama ini diharapkan dapat memperkuat daya beli, meningkatkan kepercayaan pada keamanan publik, dan mendorong peluang investasi yang lebih baik di sektor properti, ” ujarnya.