Market

Tingkat Hunian dan Serapan Perkantoran Capai Rekor Terendah

Jum'at, 06 November 2020 | 06:00 WIB

JAKARTA, KabarProperti.id – Konsultan properti Cushman & Wakefield menilai bahwa sampai dengan kuartal III-2020 ini, pasar perkantoran mengalami penurunan hingga rekor terendah.

“Tingkat hunian dan serapan bersih mencapai rekor terendah pada kuartal ini, dengan aktivitas penyewaan ruang kantor melambat untuk yang kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu bulan,” ungkap Nonny Subeno, Executive Director Commercial Cushman & Wakefield.

Menurut Nonny, dampak ini membuat kondisi pasar seakan terhenti. Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi terus memberikan tantangan kepada para pemilik bangunan di Jakarta, dengan harga sewa tetap berada di bawah tekanan di hadapan permintaan yang sedikit.

Sektor e-commerce, fintech, dan e-logistics masih menjadi satu-satunya sumber aktivitas pasar.  Dengan sebagian besar tenaga kerja yang masih berada di rumah, belum terlihat adanya arah yang jelas dalam jangka panjang mengenai kebutuhan ruang atau preferensi kerja untuk industri seperti perbankan, asuransi, dan institusi finansial, dikarenakan mereka masih mengevaluasi arah dalam masa pandemi ini.

Baca juga : Sektor Logistik di Asia Pasifik Makin Berkembang

Satu pasokan sampai kuartal III ini, kata Nonny Subeno, hanya ada satu proyek yang menjadi tambahan pasokan baru pasar ruang perkantoran. Gedung tersebut adalah RDTX Place, proyek seluas 98.500 m2 yang berlokasi di Jl Prof. DR Satrio. Dengan masuknya proyek ini, total pasokan kumulatif pasar perkantoran CBD Jakarta kini berjumlah 7,03 juta m2. Tidak ada pasokan baru yang diperkirakan akan masuk sampai akhir 2020.

“Dampak dari pandemi yang membuat penyelesaian beberapa proyek tertunda hingga tahun depan,” kata Nonny Subeno. Sementara untuk permintaan ruang perkantoran kembali bergerak stagnan pada September setelah munculnya beberapa tanda perbaikan.

Dengan dampak negatif dari Covid-19 yang mempengaruhi seluruh sektor bisnis, beberapa aktivitas downsizing (perampingan atau efisiensi ruang kantor), relokasi, bahkan penutupan ruang kantor terlihat di banyak bangunan di CBD, terutama pada perkantoran Grade B dan C. Tingkat serapan bersih tercatat negatif 41.600 meter persegi dalam kuartal 3 ini, menjadikan reduksi Year-To-Date hunian perkantoran ke 54.000 m2.

Baca juga : Permintaan Co-Working Space Meningkat

“Tingkat hunian rata-rata pada pasar perkantoran CBD menurun ke 72.6% pada akhir September 2020 dan memungkinkan untuk terus menurun pada bulan-bulan akhir di tahun ini,” ujar Nonny Subeno

Beberapa tanda perbaikan kondisi pasar sempat muncul pada Juli dan Agustus, dengan bertambahnya inquiry dan meningkatnya aktivitas inspeksi bangunan, sebagai dampak dari pelonggaran pembatasan operasional kantor oleh pemerintah. Namun, kondisi ini hanya berlangsung singkat dengan adanya pengetatan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada September, yang menyebabkan hampir tidak adanya transaksi pada September.

“Terdapat dua kesepakatan transaksi penting yang berlangsung pada kuartal ketiga ini relokasi seluas 5.000 meter persegi oleh sebuah perusahaan minyak dan gas, juga transaksi ruang seluas 3.000 meter persegi oleh bisnis e-commerce,” jelasnya.

Baca juga : Jadi Penggerak Perekonomian, Sektor Properti Butuh Perhatian Serius Pemerintah

Sedangkan untuk harga sewa perkantoran alami penurunan. Harga sewa dengan rupiah terus mengalami penurunan pada kuartal ketiga, sejalan dengan meningkatnya kekosongan ruang pada pasar perkantoran. Pada akhir September, harga sewa gross rata-rata perkantoran CBD berada pada Rp 282.100,00 per m2 per bulan (penurunan sebesar 5,7% YoY). Dalam Dolar AS, angka tersebut berada di US$18,96 per m2 per bulan, turun sebesar 10,2% YoY.

Dengan perkiraan perkembangan ekonomi yang menurun sekitar -2%, tren terhadap lokasi perkantoran dengan biaya yang lebih rendah, downsizing ruang perkantoran, dan potensi penutupan operasional kantor yang lebih banyak pada pasar perkantoran CBD diperkirakan akan masih terjadi dalam jangka pendek.

Di samping itu, harga sewa gross akan tetap berada di bawah tekanan dengan lemahnya permintaan dan tingginya kekosongan ruang. Pemilik bangunan akan tetap menghadapi permintaan penundaan pembayaran sewa atau service charge dan penangguhan sewa atau negosiasi ulang mengenai pembayaran sewa dari para penyewa ruang perkantoran.

Beberapa rencana sebelumnya mengenai relokasi dan/atau ekspansi ruang kantor terlihat akan tetap mengalami penundaan. Paling tidak hingga kuartal I, tahun 2021 atau hingga situasi pandemi menjadi stabil.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button