Market

Indonesia Turut Dorong Pertumbuhan Properti Data Centre di Asia Pasifik

Senin, 08 Februari 2021 | 08:00 WIB

JAKARTA, KabarProperti.id – Laporan terbaru dari JLL menunjukkan bahwa data centre di Asia Pasifik akan memasuki siklus pertumbuhan baru. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pasar pada negara berkembang di kawasan tersebut. Asia Pasifik adalah rumah bagi tiga dari empat negara terpadat di dunia (China daratan, India, dan Indonesia), yang menyediakan lokasi yang menarik dan menciptakan siklus baru bagi para operator serta peluang baru bagi investor.

Lonjakan penggunaan internet dan ponsel pintar, ditambah dengan media sosial, e-gaming, streaming video, dan aplikasi big data, menjadi alasan perlunya kapasitas data centre yang lebih besar di wilayah ini. Menurut laporan terbaru JLL bertajuk “The Rise of New Data Centre Growth Markets“, permintaan akan data centre terus tumbuh secara cepat di Asia Pasifik, didorong oleh cloud computing dan penggunaan mobile internet.

Nilai pasar hosting, penyimpanan data, dan layanan cloud computing diperkirakan mencapai USD 163 miliar pada 2021, atau meningkat hampir 30% dari 2017, menurut laporan tersebut. Selain itu, lalu lintas cloud di Asia Pasifik diprediksi akan tumbuh lebih dari 150% pada periode yang sama.

Baca juga : JLL : Transaksi Investasi Properti di Asia Pasifik akan Naik Hingga 20% pada 2021

“Pertumbuhan konsumsi data menjadikan infrastruktur data centre sebuah peluang yang menarik bagi investor dan operator baik dalam skala regional maupun global. Ada peluang yang jelas pada sektor data centre di Asia Pasifik, baik di pasar yang sedang berkembang maupun yang sudah mapan, hal ini terjadi seiring berkembangnya kerangka kerja demografi dan peraturan,” kata Bob Tan, Senior Director, Alternatives, Capital Markets JLL.

Menurut JLL, aktivitas investor dan operator di Cina daratan, India, dan Indonesia tumbuh signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Mereka akan semakin berkembang karena permintaan untuk layanan data centre melonjak di tengah pertumbuhan pasar yang sangat tinggi. JLL percaya bahwa ketiga pasar negara berkembang masih kurang terlayani oleh pasokan yang ada dan menghadapi permintaan yang kuat dari operator lokal dan internasional.

Cina memiliki lebih banyak pasokan baik saat ini maupun di masa yang akan datang dibandingkan pasar lainnya di Asia Pasifik, dengan investasi dan komitmen yang ditunjukkan secara signifikan selama 18 bulan terakhir. Pada Juni 2020, Blackstone mengumumkan investasi sebesar USD 150 juta untuk 21vianet, penyedia data centre di Cina. Selain itu, GDS dan GIC mengumumkan kerjasama pada tahun 2019 untuk membangun dan mengoperasikan data centre di Cina, yang menandakan adanya potensi pasar jangka panjang.

Baca juga : JLL : 2021, Biaya Renovasi Kantor akan Naik

Di India, Grup Adani memiliki rencana untuk berinvestasi sekitar USD 10 miliar di layanan data centre dan telah menandatangani nota kesepahaman dengan Digital Realty yang berbasis di AS pada tahun 2019. Colt DCS juga memulai pembangunan fasilitas hyperscale baru di Mumbai pada tahun 2020, ini merupakan salah satu fasilitas hyperscale paling luas di India. Equinix juga telah mengumumkan kehadirannya di India pada tahun 2020 melalui akuisisi GPX India.

Di Indonesia, hadirnya sistem kabel INDIGO yang baru di Jakarta yang menghubungkan Singapura dan Sydney menambah daya tarik Indonesia sebagai pasar data centre. Pada bulan November 2020, Space DC membuka data centre pertamanya di Indonesia, Center19. Terdapat juga, Keppel Group yang bermitra dengan Salim Group untuk bersama-sama mengembangkan data centre pertama mereka. Sementara itu, Princeton Digital Group menjajaki pasar melalui akuisisi saham mayoritas di portofolio pusat data XL Axiata.

“Meskipun tergolong sektor properti yang baru berkembang di Indonesia, data centers memperoleh minat yang cukup tinggi dari para investor dan pelaku bisnis yang berasal dari luar negeri, setidaknya selama dua tahun terakhir.” kata Yunus Karim, Head of Research, JLL Indonesia. “Potensi yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya proporsi jumlah penduduk muda yang tinggi dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat, merupakan salah satu faktor utama yang membuat para investor dan pelaku bisnis mempertimbangkan Indonesia sebagai pilihan mereka untuk berinvestasi.”

Baca juga : JLL Indonesia Raih Penghargaan Property Management Team of the Year di RICS Awards 2020 Asia Tenggara

Terlepas dari peluang nyata di pasar data centre yang sedang berkembang di kawasan ini, ada komponen lokal yang kuat dalam kriteria evaluasi investasi yang perlu dipertimbangkan. Undang-undang lokalisasi data serta peraturan dan faktor lainnya seperti kedekatan pasar yang dilayani dan akses ke pasokan listrik juga perlu diperhatikan.

Beragam gagasan utama investor dan tenant setelah 2021

Suplai energi dan microlocation:  Terdapat pertimbangan-pertimbangan lain dalam hal akses masuk ke pasar, misalnya ketersediaan air dan jaringan kabel serat serta konektivitas ke gardu listrik. Faktor microlocation untuk semua pasar meliputi kebutuhan untuk menjauh dari jalur penerbangan dan tempat-tempat yang rawan bencana, lokasi yang diinginkan harus berada di luar kawasan banjir 100 tahunan atau kawasan rawan gempa.

Perkembangan peran energi terbarukan: Emisi karbon menjadi tantangan yang semakin besar seiring dengan tumbuhnya kapasitas pusat data dan konsumsi energi. Semakin banyak pemerintahan di negara-negara seperti Cina, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang telah berkomitmen untuk emisi karbon ‘Net Zero” selama separuh abad terakhir ini. Komitmen ini memiliki implikasi yang nyata terhadap data centre, dan para operator semakin melirik sumber energi terbarukan guna memenuhi kebutuhan energi mereka.

Baca juga : Permintaan Ruang Perkantoran Diproyeksikan Membaik Kuartal Kedua 2021

Model operasional dan dinamika pasar: Pasar colocation telah berkembang sedikit demi sedikit. Perkembangan pangsa pasar retail sepertinya akan terbatas karena beberapa perusahaan telah menggabungkan beberapa persyaratan. Pada saat bersamaan, pergerakan ke arah penggunaan cloud dan hybrid juga meningkatkan minat terhadap bisnis wholesale.

Beberapa operator yang sudah mapan telah melirik kecenderungan ini dan mereka giat mencari kesempatan di pasar korporasi-korporasi besar. Investor dan platform baru cenderung tertarik pada segmen ini karena ini lebih mudah dipahami dan ini juga mempercepat pasar dan skalanya.

Kerjasama untuk ekspansi: Banyak operator yang ingin berekspansi ke pasar yang baru dan berkembang dan mereka memilih bermitra dengan pengembang lokal karena dari sudut pandang regulasi, grup internasional mungkin membutuhkan joint ventures untuk pengembangan dan/atau operasional.

Pengembang lokal juga lebih memiliki keahlian khusus yang berhubungan dengan pasar, seperti akses ke land banks, kemampuan menavigasi proses perizinan yang rumit, dan mencari pasokan listrik yang memadai. Mitra lokal akan berpengalaman membangun suprastruktur dan melaksanakan pekerjaan sipil yang diperlukan.

“Saat penggerak regional mengangkat pasar-pasar yang sudah mapan bersama dengan seluruh sektor, kita saat ini memasuki fase baru untuk pasar berkembang dimana mereka menyambut pertumbuhan data centre. Pada titik ini, fokus utama adalah untuk mengidentifikasi peluang data centre yang tepat pada pasar berkembang di wilayah ini, karena investor dan operator akan fokus terhadap prospek sektor ini,” kata James Taylor, Head of Corporate Solutions Research, Asia Pacific, JLL.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button