Leads Property : Pengembangan Kawasan Industri Bergeser ke Timur Jakarta hingga Jawa Tengah
Pemintaan selama kuartal 1 2025 dikontribusikan oleh data center, manufaktur, logistik, dan consumer goods.

JAKARTA, KabarProperti.id – Selama kuartal berjualan, tidak ada penambahan pasokan lahan industri sehingga total pasokan di Jakarta dan sekitarnya bertahan di angka 13,807 hektar dengan 70 persen terkonsentrasi di Timur Jakarta.
Terlepas dari kondisi tersebut, pengembang tetap melakukan pembebasan lahan sebagai antisipasi adanya permintaan, sebagai dampak bahwa Indonesia terus didorong untuk menerima investasi asing demi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga membutuhkan ketersediaan lahan.
Demikian hasil riset konsultan properti, Leads Property, kuartal 1 – 2025.
BACA JUGA : Leads Property : Pasar Perkantoran di CBD Jakarta Mengalami Stagnasi
Seiring dengan realisasi investasi yang mencapai Rp 465.2 trilun pada kuartal berjalan, kondisi ini menandakan sinyal positif kepada investor agar turut mendorong ekonomi di negara ini.
“Pada kuartal berjalan, pasar kawasan industri menerima penyerapan lahan sebesar 28,6 hektar, dengan pasokan kumulatif sebesar 12.582 hektar,” ungkap Esti Susanti, Associate Director Industrial Service Leads Property.

Pemintaan tersebut dikontribusikan oleh data center, manufaktur, logistik, dan consumer goods.
Permintaan kuartalan menghasilkan tingkat penjualan sebesar 91.1%, mengalami sedikit peningkatan sebesar 0.21 poin persentase. “Angka tersebut mengindikasikan pergerakan stabil yang panjang selama 5 tahun terakhir,” kata Esti.
Harga lahan relatif stabil pada kuartal berjalan, dengan mengalami sedikit pertumbuhan sebesar 0.61 persen secara kuartalan, mencapai Rp 2,950,000 per m2.
Pengembang cenderung menjaga agar harga tetap menarik calon investor di tengah ketatnya kompetisi, terutama di wilayah Timur Jakarta.
Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0% pada tahun 2024, Indonesia harus menghadapi berbagal isu tertentu seperti ketegangan geopolitik, tarif impor Amerika Serikat, dan ketidakpastian regulasi dalam negeri yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya melalui mekanisme ekspor.
BACA JUGA : Leads Property : Shopping Mall akan Mengutamakan Tenant F&B, Bukan Lagi Mengandalkan Anchor Tenant
“Patut dicatat bahwa Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekspor sebesar 2,2% pada 2024,” ujar Esti.
Namun, aktivitas ekspor Indonesia diperkirakan akan mengalami tekanan pada tahun 2025, yang dapat berdampak pada kapasitas produksi.
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, sektor lahan industri diperkirakan akan tetap bertahan, didukung oleh permintaan domestik karena Indonesia didorong oleh jumlah penduduk yang besar.
“Kami memandang bahwa sektor fast moving consumer goods, otomotif (temasuk kendaraan listrik), data center, chemical, dan beberapa industri lainnya akan menjadi pendorong ekonomi negara,” jelas Esti.
Menurut Leads Property, di pasar ini juga terlihat bahwa beberapa pelaku industri mulai melirik wilayah Karawang- Purwakarta dan Subang karena ketersediaan lahan mentah dengan harga yang sangat kompetitif untuk ekspansi mereka, mengingat harga lahan di Bekasi menjadi semakin mahal dan terbatas.
Pengembangan kawasan industri kini bergeser ke arah Timur Jakarta hingga Jawa Tengah, didorong oleh faktor upah minimum lebih rendah, lahan lebih luas dan murah, serta tersambungnya Tol Trans Jawa. Contohnya bisa dilihat di Subang, Batang.dan Kendal.
Investasi asing di Jakarta hingga Jawa Tengah cenderung didominasi oleh Singapura, Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang, dengan konsentrasi di sektor data center, otomotif, tekstil, dan manufaktur.
Sementara itu, investasi domestik lebih banyak berasal dari sektor manufaktur, logistik, dan consumer goods.
Wilayah Bekasi dan Tangerang sudah tidak lagi diproyeksikan menjadi fokus kawasan industri karena sudah menjadi kawasan hunian penyangga Jakarta sehingga akan menjadi sektor penyangga komersial CBD, seperti back office finansial dan jasa servis selain TB Simatupang.
Wilayah Kabupaten Bekasi (Termasuk Cikarang) hingga Karawang yang menjadi kawasan hunian alternatif yang lebih terjangkau untuk penyangga Jakarta diproyeksikan akan bertranstormasi menuju industri bersih dan teknologi tinggi (clean and hi-tech industry).




